Monday, July 26, 2010

that magic box called TV

kemarin bisa dibilang seharian cuma di rumah, karena memang nggak ada planning kemana (yaaa… walaupun biasanya sih spontan melanglang kemana-mana ^0^), dan juga hujan turun sejak pagi (bikin betah di rumah). buat mengisinya: komik yang minjem udah dilahap habis, ada beberapa buku yang masuk daftar to-read (tapi lagi enggak mood), bikin kopi, makan, ngemil, dll, so akhirnya memutuskan menonton tv. dan ternyata itu bisa bertahan sampai malam!
dan aku tahu bahwa bukan hanya aku saja yang terserap dengan kotak ajaib ini. banyak sekali “coach potato” di penjuru dunia ini. memang televisi bisa sangat menghibur dan memberikan banyak sekali “keajaiban”, tapi kalau dipandang dari sudut lainnya, banyak sekali efek sampingnya (mungkin bisa diurutkan dari lupa waktu, lupa makan, lupa mandi, dll sampai topik lebih berat kejahatan teknologi, invasi budaya lain yang mengikis budaya asli, dkk).
pemikiran dan kesadaran ini membawaku pada sebuah artikel yang baru saja selesai kuterjemahin (sebenarnya sih job terjemahan handout materi s2). yaitu tentang media dan pengaruhnya, terutama studi kasus pengaruh televisi bagi masyarakat pedesaan di India bagian selatan. dari artikel ini bisa dibaca tentang manfaat dan efek samping masuknya teknologi ini ke desa-desa.
dari satu sisi, program-program di televisi bisa bermanfaat bagi para penduduk dari segi ekonomi - khususnya tentang bertani yang merupakan mata pencaharian mereka - tentang bagaimana bercocok tanam yang baik, pupuk, bibit, dll (dimana informasi seperti ini biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang berpengaruh di desa yang memiliki hubungan dekat dengan petugas pertanian).
dari segi sosial (hubungan sosial), dengan adanya televisi, meskipun baru ada beberapa (satu) penduduk yang bisa membelinya, sehingga membuat banyak para tetangga lainnya berkumpul di suatu rumah yang memiliki televisi, dimana dari sini bisa tercipta hubungan baru, bisa mempererat hubungan bahkan menaikkan tingkat kehidupan (koneksi).
manfaat lainnya juga terkait dengan pendidikan (belajar bahasa inggris, contohnya), pengetahuan tentang hukum (bukan hanya bergantung kepada petugas desa tapi sudah melek hukum seperti pergi ke pengadilan, berani menggugat, dll), beragamnya budaya dari berbagai daerah bahkan negara lain (misal, pernikahan berdasarkan cinta, bukan berdasarkan perjodohan, seks bebas, dll) dan juga dunia hiburan, serta gaya hidup dan fashion (ini yang sangat menyolok diamati).
dari sudut pandang yang lain, khususnya dipandang oleh kaum tua dan mereka yang termasuk dalam golongan orang miskin atau dari kasta terendah, televisi membawa hal negatif bagi mereka, terutama bagi kaum muda. para orang tua beranggapan bahwa televisi telah membuat generasi muda menjadi “malas” - ini terbukti dari banyak generasi muda yang sudah tidak mau lagi menjadi petani dan memilih bekerja ke kota dikarenakan ke-glamor-an yang ditawarkan gaya hidup orang kota (urbanisasi) - seperti yang banyak diperlihatkan di TV; menjadi “tamak” - menginginkan semua hal yang mereka lihat di TV (dari gaya berpakaian, gaya bicara, barang-barang dari iklan, teknologi, dll); dan menjadi “tidak menghormati orang tua” - karena informasi dan pengetahuan terbaru dan termodern yang mereka dapat dari televisi, yang tentu saja sangat berbeda dari yang dimiliki para kaum tua, bahkan berani berdebat atau membantah.
untuk hubungan sosial, bagi mereka yang berasal dari golongan kasta rendah, televisi membuat mereka semakin terasing, karena mereka tidak diperbolehkan pergi menonton di rumah para tetangga yang lebih tinggi derajatnya. sehingga dari ini menimbulkan gap di antara para penduduk desa - gap informasi dan gap hubungan.
apalagi sekarang, TV sudah menjadi alat yang sangat ampuh baik untuk kepentingan bisnis (yang juga mendorong budaya konsumerisme ataupun hedonisme), hiburan (hobi dan plesir), informasi (berita, gosip, infotainment?) bahkan propaganda politik.
tapi, banyak juga orang yang menganggap televisi itu tidak baik - dipandang dari segi waktu konsumsinya maupun muatan programnya - yang ada yang baik tapi ada juga yang menganggapnya sampah bahkan “bad influence”, terutama bagi anak-anak.
selalu dua-sisi.  apalagi dalam hal teknologi seperti ini.
hmm…kenapa jadi serius gini perkembangannya ya, hehehe. jadi inget willy wonka yang beryanyi tentang “turn off your television”, khususnya buat anak-anak.


Bookmark and Share

No comments:

Post a Comment