Sunday, July 25, 2010

tak berapa lama setelah kupencet bel rumah salah satu kawan, pintu besar di depanku dibuka, dan nongol-lah kepala berbulu cokelat dan hitam, dengan mata berbinar, mulut terbuka dengan suara gonggongan menyapa, bergegas mendekatkan dan mengeluskan badannya yang besar ke kakiku.
“hai Pinko!” seruku dengan senang disambut oleh anjing kesayangan temenku ini – turunan campuran antara anjing herder dengan anjing kampung – sambil kuelus kepalanya. emang sudah lama tidak bertemu dengannya – dan juga “mbakyu-nya” yang tersenyum lemah ke arahku, mempersilahkan aku masuk.
setelah acara sambutan heboh Pinko tadi, aku juga segera disambut oleh suasana adem setiap kali masuk ke ruang tamu rumah temenku ini – yang memang memiliki arsitektur rumah kuno gaya kolonial belanda, dengan lantai dan sofa-sofa besar nan empuk tersedia.
aku segera duduk di salah satu sofa, begitu juga dengan temanku, sedang Pinko? well, dia dengan nurut langsung bergelung di dekat kakiku, tiduran, ikut nimbrung.
acara kunjunganku kali ini dikarenakan temen lamaku ini sudah sakit selama seminggu (dan pas sakit doi juga sempet2nya nelpon daku supaya aku maen k tempatnya - biasa curhat), dan aku baru sempat datang sekarang. tapi untungnya dia udah baikan, paling cuma tinggal suara “bindeng” masih terdengar.
seperti sebelum-sebelumnya, kami selalu berbagi kabar terbaru (tentang ketemu teman-teman lama, siapa yang sudah menikah, siapa yang sudah punya momongan, siapa kerja dimana, dll). teman lamaku ini selalu punya stok cerita yang sangat banyak untuk dibagi. dan seringnya aku harus selalu berjuang keras untuk mengingat cerita-cerita sebelumnya, orang-orang yang diceritakan, nama-nama, dll. entah itu cerita soal kerjaan, teman-teman sekerjanya, keadaan rumah, teman-teman lainnya, dan juga soal cowok, alias soal cinta. (once again, it’s bout love, dude!)
kali ini, dia cerita kalau sudah beberapa bulan terkahir ini sedang dekat dengan seorang cowok. sama sekali bukan cowok yang memenuhi kriteria ideal versi temanku, dan tu cowok juga memiliki salah satu “kekurangan” dikarenakan memiliki suatu bad habit yang mungkin tidak bisa ditolerir oleh orang kebanyakan sekalipun. yang bikin rumit adalah temenku tadi sudah ngaku sendiri kalau dia merasa nyaman dan aman dengan cowok ini, setelah sekian lama. temanku merasa bahwa dari sejak pertemuan pertama dia sudah merasa ada “sesuatu” yang beda, suatu chemistry, katanya. intinya, dia jatuh cinta lagi!
“congratulation” kataku ikut bergembira, sedikit ngiri juga. nyadar betapa susahnya nyari yang namanya rasa “nyaman” dengan seseorang itu (dimana dalam kasus ini idealisme tak akan berlaku). and it’s all i’ve searched for long!
temanku mengamini, walaupun dia juga dihadapkan pada dilemma. dan dikarenakan semua complicated side-effects of love, temanku sampai pada dialog dengan Tuhannya, dia berdoa bahwa klo tu cowok emang untuknya, maka dekatkanlah, and vice versa – jika bukan, maka jauhkanlah dari awal, sehingga tidak akan menyakitkan di akhirnya.
aku agak tertegun mendengarnya, seperti terkena tamparan di muka yang mengingatkanku bahwa aku ternyata sudah jarang sekali berdoa. eits, tapi bukan itu poinnya, aku jadi melihat bahwa temanku ternyata benar-benar serius, dan benar-benar sedang bingung dengan perasaannya. dia tidak mau sama-sama hancur dalam masalah perasaan ini.
akhirnya aku cuma bisa berkata (tentu saja mengutip kata-kata yang baru-baru ini kubaca dari salah satu posting di milis): “
Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
Apabila Tuhan mengatakan YA
Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta
Apabila Tuhan mengatakan TIDAK
Maka kita akan mendapatkan yang lebih baik
Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU
Maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan
kehendak NYA



Bookmark and Share


No comments:

Post a Comment