“oh, hei..!” responku ketika mataku tertumbuk pada sosok seorang teman yang harus berjalan sambil menoleh ke belakang untuk tersenyum padaku. Ceritanya aku baru duduk-duduk di kursi depan rental sambil dengerin musik. Ternyata temanku yang lewat tadi sebenarnya udah berusaha menyapaku, tapi aku nggak denger karena ada headset yang menutup indera pendengaranku plus aku baru konsen baca buku. Well, telat deh ngeresponnya, but at least I still can smile to him back, too.
“sial, headsetku rusak lagi” gerutuku tak lama kemudian soal headsetku yang mati sebelah. Padahal headset tersebut lumayan enak dan belum pernah terpisah dariku, hiks hiks. Dan rusak lagi?! Maksudnya udah ada banyak headset rusak di kamarku, ganas juga kupingku. Musti beli lagi nih. Soalnya bakal cilaka 13 klo nggak bisa dengerin musik, apalagi pas jalan sendirian, rasanya kok hampa. Seperti kata Serj Tankian (SOAD) dalam salah satu mereka: “no music, no life”. Tapi emang bener. Serasa ada yang hilang klo nggak ditemenin ama penemuan paling ajaib yang namanya musik itu. Rasanya jadi nggak mood alias bete dan suram, beban ataupun kerjaan semakin berlipat-lipat jadinya. Nggak peduli musik apapun, genre, aliran ato apalah, klo kita suka, pasti berarti, ya at least bisa menghibur-lah.
“sial, headsetku rusak …” keluhku sekali lagi setelah berusaha mencoba memperbaiki, merasa merana, sambil mematikan music playerku yang udah kerja rodi tiap hari. Di luar langit terlihat agak mendung (padahal aku berniat mo pulang aja), dan tak lama kemudian terdengar butir-butir air turun dari langit dalam bentuk hujan (sudah beberapa hari ini hujan selalu turun kala sore menjelang petang). Dan suaranya seperti alunan musik juga lho.
No comments:
Post a Comment