Friday, July 23, 2010

maladies traveller

brrrr…dingin banget udara berapa hari ini, walaupun tidak turun hujan, dan malahan panas-terik, ya perumpaannya seperti cuaca di gurun kali ya. hidung mampet, terkadang batuk mengiringi, kening terasa demam, perut terasa nggak karuan, mulut kering nggak nafsu makan, sudah seperti mati rasa saja. tergolek, berselimut, pake jaket plus kaos kaki.
benar-benar tidak mengenakkan klo lagi sakit, emang. indera penglihatan kabur karena pusing dan demam. indera pendengaran tidak mau berkompromi, semua terasa jauh. indera pengecap cuma bisa mendeteksi rasa pahit. indera penciuman benar-benar sudah tumpul, udah nggak bisa ngebedain bau badan yang 2 hari nggak kesentuh air alias cuma mandi zorro (uppss), mungkin cuma indera perasa yang sangat rentan terhadap hawa dingin. semua sistem yang ada di jaringan tubuh tidak bekerja dengan semestinya, terganggu, benar-benar membuat tidak bisa apa-apa, lemas, merana, menderita, sakit …
entah kenapa aku jadi ingat salah satu lirik lagu dangdut “lebih baik sakit gigi daripada sakit hati”, percaya deh yang namanya sakit ya tetep sakit, nggak enak sama sekali, dan aku sama sekali nggak mau memilihnya.
dan bener juga kata pepatah lama “sehat itu mahal harganya”. klo pas gini aku jadi bener-bener nyadar klo aku cuma makhluk super-duper kecil, lemah, tak berdaya. ya klo pas sakit, tapi seringnya lupa setelah itu, setelah sembuh, setelah kita bisa beraktivitas, bisa bercanda-tertawa, bisa makan apa aja sepuasnya, kita kembali menjadi makhluk super-ego, dan cuma sakit yang akan mengingatkan kita kembali akan ketidakberdayaan kita.
“never think we’re unlucky”, itu subyek e-mail yang kuingat kuterima dari seorang teman, berisikan gambar-gambar banyak orang dari seluruh belahan di bumi ini, yang ternyata, lebih menderita, lebih merasa sakit daripada cuma sakit fisik semata. aku toh cuma flu dan maag-ku kumat. itu saja sudah membuatku menderita. belom lagi ditemani dengan kebiasaan kita mengeluh, selalu merasa tidak puas, merasa paling merana sendiri, walaupun sebenarnya kita berada di keadaan dan dunia yang lebih baik, daripada, misalnya, dengan para wanita, anak-anak atau manula (atau bahkan para kaum pria, ayah, anak laki-laki, dll) di daerah konflik, peperangan tak berujung, perkelahian abadi antar suku dan rezim pemerintahan, kelaparan, kekeringan, teror, becana alam? well, entahlah, apa mereka masih bisa merasakan rasa sakit itu, atau mereka telah berteman baik.
klo pas sakit, pikiran selalu kemana-kemana, kutahu mereka terasa jauh dan terlalu besar untuk kupikirkan dengan otakku yang terlalu kecil ini (walaupun merupakan organ terbesar dan terajaib menurutku), dengan sel-sel kelabuku yang semakin karatan.
kurapatkan selimutku karena udara semakin terasa menggigit (meminjam istilah dari buku “pangeran pencuri”, hawa dingin sudah tidak mengirimkan utusannya lagi, tapi secara langsung mencengkeram dengan tangannya sendiri), kepalaku semakin pening, pikiranku semakin kacau, kabur, tak beraturan, bahkan otakku terlalu lemah untuk mengirimkan sinyal supaya aku tetap terjaga, kesadaranku semakin menjauh. mungkin obat yang kuminum sudah mulai bekerja rupaya. atau aku memang hanya perlu melemaskan semua otot dan ketegangan yang ada. dan hanya tidur.

Bookmark and Share

No comments:

Post a Comment